Tuesday, May 24, 2011

Hidayah itu Milik Allah....

PUT YOUR TRUST TO ALLAH...100% INSYA-ALLAH (^-^)
ya Allah... ya Allah... ya Allah...

Bismillahirrahmanirrahim....
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang...
Moga semua dalam rahmat-NYA
InsyaAllah

Setinggi-tinggi kesyukuran ku rafakkan pada Allah, Tuhan yang menciptakan kita…
Semakin jelas nur Tuhan melimpah
ke persada dunia
memberikan hidayah
buat hambaNYA

1 sifat harus bagi Allah: Allah itu berhak dan berkuasa melakukan apa sahaja mengikut kehendakNYA
Alhamdulillah…
Alhamdulillah…
Alhamdulillah…
Allah itu berhak memberikan hidayahNYA kepada sesiapa yang dikehendakiNYA
Sesiapa saja…

Seorang dai'e itu hanya mampu menyeru mad'unya kearah kebaikan dan mencegah kemungkaran
Seorang dai'e itu hanya mampu berbicara, berdialog, berusaha  dan berdoa...
Namun, hidayah itu tetap milik Allah
selamanya...

HIDAYAH ITU MILIK ALLAH S.W.T
Oleh itu, bersyukurlah sesiapa yang diberi hidayah olehNYA....
Moga terus dalam hidayahNYA 
ke hujung usia
moga dalam rahmatNYA....

Pagi tadi ana meninjau blog seorang sahabat, Alhamdulillah....
1 video yang memaparkan seorang lagi saudara seIslam kita 
kini sedar 
"APA ERTINYA SAYA MENGANUT ISLAM?"
Syukur itu hanya pada Allah
Say: Alhamdulillah...



"HIDAYAH ITU MILIK ALLAH"
BERDOALAH AGAR KITA SENTIASA DALAM HIDAYAHNYA
INSYAALLAH

Monday, May 23, 2011

DI ATAS SAJADAH CINTA


PUT YOUR TRUST TO ALLAH...100% INSYA-ALLAH (^-^)
ya Allah... ya Allah... ya Allah...

Bismillahirrahmanirrahim....
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang...
Moga semua dalam rahmat-NYA
InsyaAllah
KOTA KUFAH terang oleh sinar purnama. Semilir angin yang bertiup dari utara membawa hawa sejuk. Sebagian rumah telah menutup pintu dan jendelanya. Namun geliat hidup kota Kufah masih terasa. Di serambi masjid Kufah, seorang pemuda berdiri tegap menghadap kiblat. Kedua matanya memandang teguh ke tempat sujud. Bibirnya bergetar melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran. Hati dan seluruh gelegak jiwanya menyatu dengan Tuhan, Pencipta alam semesta. Orang-orang memanggilnya “Zahid” atau “Si Ahli Zuhud”, karena kezuhudannya meskipun ia masih muda.

Dia dikenal masyarakat sebagai pemuda yang paling tampan dan paling mencintai masjid di kota Kufah pada masanya. Sebagian besar waktunya ia habiskan di dalam masjid, untuk ibadah dan menuntut ilmu pada ulama terkemuka kota Kufah. Saat itu masjid adalah pusat peradaban, pusat pendidikan, pusat informasi dan pusat perhatian. Pemuda itu terus larut dalam samudera ayat Ilahi. Setiap kali sampai pada ayat-ayat azab, tubuh pemuda itu bergetar hebat. Air matanya mengalir deras. Neraka bagaikan menyala-nyala dihadapannya. Namun jika ia sampai pada ayat-ayat nikmat dan surga, embun sejuk dari langit terasa bagai mengguyur sekujur tubuhnya. Ia merasakan kesejukan dan kebahagiaan. Ia bagai mencium aroma wangi para bidadari yang suci.

Tatkala sampai pada surah Asy Syams, ia menangis,

“fa alhamaha fujuuraha wa taqwaaha.qad aflaha man zakkaaha.wa qad khaaba man dassaaha…”

(maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan dan ketaqwaan,sesungguhnya, beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya…)

Hatinya bertanya-tanya. Apakah dia termasuk golongan yang mensucikan jiwanya. Ataukah golongan yang mengotori jiwanya? Dia termasuk golongan yang beruntung, ataukah yang merugi?

Ayat itu ia ulang berkali-kali. Hatinya bergetar hebat. Tubuhnya berguncang. Akhirnya ia pingsan.
***
Sementara itu, di pinggir kota tampak sebuah rumah mewah bagai istana. Lampu-lampu yang menyala dari kejauhan tampak berkerlap-kerlip bagai bintang gemintang. Rumah itu milik seorang saudagar kaya yang memiliki kebun kurma yang luas dan hewan ternak yang tak terhitung jumlahnya.Dalam salah satu kamarnya, tampak seorang gadis jelita sedang menari-nari riang gembira.Wajahnya yang putih susu tampak kemerahan terkena sinar yang terpancar bagai tiga lentera yang menerangi ruangan itu. Kecantikannya sungguh memesona. Gadis itu terus menari sambil mendendangkan syair-syair cinta,

“in kuntu ‘asyiqatul lail fa ka’si musyriqun bi dhau’ wal hubb al wariq…”
(jika aku pencinta malam maka gelasku memancarkan cahaya dan cinta yang mekar …)
***
Gadis itu terus menari-nari dengan riangnya. Hatinya berbunga-bunga. Di ruangan tengah, kedua orangtuanya menyungging senyum mendengar syair yang didendangkan putrinya. Sang ibu berkata, “Abu Afirah, putri kita sudah menginjak dewasa. Kau dengarkanlah baik-baik syair-syair yang ia dendangkan.”

“Ya, itu syair-syair cinta. Memang sudah saatnya dia menikah. Kebetulan tadi siang di pasar aku berjumpa dengan Abu Yasir. Dia melamar Afirah untuk putranya, Yasir.”

“Bagaimana, kau terima atau…?”
“Ya jelas langsung aku terima. Dia ‘kan masih kerabat sendiri dan kita banyak berhutang budi padanya. Dialah yang dulu menolong kita waktu kesusahan. Di samping itu Yasir itu gagah dan tampan.”

“Tapi bukankah lebih baik kalau minta pendapat Afirah dulu?”
“Tak perlu! Kita tidak ada pilihan kecuali menerima pinangan ayah Yasir. Pemuda yang paling cocok untuk Afirah adalah Yasir.”
“Tapi, engkau tentu tahu bahwa Yasir itu pemuda yang tidak baik.”
“Ah, itu gampang. Nanti jika sudah beristri Afirah, dia pasti juga akan taubat! Yang penting dia kaya raya.”
***
Pada saat yang sama, di sebuah tenda mewah, tak jauh dari pasar Kufah. Seorang pemuda tampan dikelilingi oleh teman-temannya. Tak jauh darinya seorang penari melenggak lenggokan tubuhnya diiringi suara gendang dan seruling.

“Ayo bangun, Yasir. Penari itu mengerlingkan matanya padamu!” bisik temannya.
“Be…benarkah?”
“Benar. Ayo cepatlah. Dia penari tercantik kota ini. Jangan kau sia-siakan kesempatan ini,
Yasir!”
“Baiklah. Bersenang-senang dengannya memang impianku.”

Yasir lalu bangkit dari duduknya dan beranjak menghampiri sang penari. Sang penari mengulurkan tangan kanannya dan Yasir menyambutnya. Keduanya lalu menari-nari diiringi irama seruling dan gendang. Keduanya benar-benar hanyut dalam kelenaan. Dengan gerakan mesra penari itu membisikkan sesuatu ketelinga Yasir,

“Apakah Anda punya waktu malam ini bersamaku?”
Yasir tersenyum dan menganggukan kepalanya. Keduanya terus menari dan menari. Suara gendang memecah hati. Irama seruling melengking-lengking. Aroma arak menyengat nurani.

Hati dan pikiran jadi mati.
***
Keesokan harinya.Usai shalat dhuha, Zahid meninggalkan masjid menuju ke pinggir kota. Ia hendak menjenguk saudaranya yang sakit. Ia berjalan dengan hati terus berzikir membaca ayat-ayat suci Al-Quran. Ia sempatkan ke pasar sebentar untuk membeli anggur dan apel buat saudaranya yang sakit. Zahid berjalan melewati kebun kurma yang luas. Saudaranya pernah bercerita bahwa kebun itu milik saudagar kaya, Abu Afirah. Ia terus melangkah menapaki jalan yang membelah kebun kurma itu. Tiba-tiba dari kejauhan ia melihat titik hitam. Ia terus berjalan dan titik hitam itu semakin membesar dan mendekat. Matanya lalu menangkap di kejauhan sana perlahan bayangan itu menjadi seorang sedang menunggang kuda. Lalu sayup-sayup telinganya menangkap suara,

“Toloong! Toloong!!”

Suara itu datang dari arah penunggang kuda yang ada jauh di depannya. Ia menghentikan
langkahnya. Penunggang kuda itu semakin jelas.
“Toloong! Toloong!!”
Suara itu semakin jelas terdengar. Suara seorang perempuan. Dan matanya dengan jelas bias menangkap penunggang kuda itu adalah seorang perempuan. Kuda itu berlari kencang.
“Toloong! Toloong hentikan kudaku ini! Ia tidak bisa dikendalikan!”
Mendengar itu Zahid tegang. Apa yang harus ia perbuat. Sementara kuda itu semakin dekat dan tinggal beberapa belas meter di depannya. Cepat-cepat ia menenangkan diri dan membaca shalawat. Ia berdiri tegap di tengah jalan. Tatkala kuda itu sudah sangat dekat ia mengangkat tangan kanannya dan berkata keras,

“Hai kuda makhluk Allah, berhentilah dengan izin Allah!”

Bagai pasukan mendengar perintah panglimanya, kuda itu meringkik dan berhenti seketika. Perempuan yang ada dipunggungnya terpelanting jatuh. Perempuan itu mengaduh. Zahid mendekati perempuan itu dan menyapanya,

“Assalamu’alaiki. Kau tidak apa-apa?”

Perempuan itu mengaduh. Mukanya tertutup cadar hitam. Dua matanya yang bening menatap Zahid. Dengan sedikit merintih ia menjawab pelan,

“Alhamdulillah, tidak apa-apa. Hanya saja tangan kananku sakit sekali. Mungkin terkilir saat jatuh.”
“Syukurlah kalau begitu.”

Dua mata bening di balik cadar itu terus memandangi wajah tampan Zahid. Menyadari hal itu Zahid menundukkan pandangannya ke tanah. Perempuan itu perlahan bangkit. Tanpa sepengetahuan Zahid, ia membuka cadarnya. Dan tampaklah wajah cantik nan memesona,

“Tuan, saya ucapkan terima kasih. Kalau boleh tahu siapa nama Tuan, dari mana dan mau ke mana Tuan?”

Zahid mengangkat mukanya. Tak ayal matanya menatap wajah putih bersih memesona. Hatinya bergetar hebat. Syaraf dan ototnya terasa dingin semua. Inilah untuk pertama kalinya ia menatap wajah gadis jelita dari jarak yang sangat dekat. Sesaat lamanya keduanya beradu pandang. Sang gadis terpesona oleh ketampanan Zahid, sementara gemuruh hati Zahid tak kalah hebatnya. Gadis itu tersenyum dengan pipi merah merona, Zahid tersadar, ia cepat-cepat menundukkan kepalanya. “Innalillah. Astagfirullah,” gemuruh hatinya.

“Namaku Zahid, aku dari masjid mau mengunjungi saudaraku yang sakit.”
“Jadi, kaukah Zahid yang sering dibicarakan orang itu? Yang hidupnya cuma di dalam
masjid?”
“Tak tahulah. Itu mungkin Zahid yang lain.” kata Zahid sambil membalikkan badan. Ia lalu melangkah.
“Tunggu dulu Tuan Zahid! Kenapa tergesa-gesa? Kau mau kemana? Perbincangan kita
belum selesai!”
“Aku mau melanjutkan perjalananku!”

Tiba-tiba gadis itu berlari dan berdiri di hadapan Zahid. Terang saja Zahid gelagapan. Hatinya bergetar hebat menatap aura kecantikan gadis yang ada di depannya. Seumur hidup ia belum pernah menghadapi situasi seperti ini.

“Tuan aku hanya mau bilang, namaku Afirah. Kebun ini milik ayahku. Dan rumahku ada di sebelah selatan kebun ini. Jika kau mau silakan datang ke rumahku. Ayah pasti akan senang dengan kehadiranmu. Dan sebagai ucapan terima kasih aku mau menghadiahkan ini.”Gadis itu lalu mengulurkan tangannya memberi sapu tangan hijau muda.
“Tidak usah.”
“Terimalah, tidak apa-apa! Kalau tidak Tuan terima, aku tidak akan memberi jalan!”
Terpaksa Zahid menerima sapu tangan itu. Gadis itu lalu minggir sambil menutup kembali mukanya dengan cadar. Zahid melangkahkan kedua kakinya melanjutkan perjalanan.
***
Saat malam datang membentangkan jubah hitamnya, kota Kufah kembali diterangi sinar rembulan. Angin sejuk dari utara semilir mengalir. Afirah terpekur di kamarnya. Matanya berkaca-kaca. Hatinya basah. Pikirannya bingung.Apa yang menimpa dirinya. Sejak kejadian tadi pagi di kebun kurma hatinya terasa gundah. Wajah bersih Zahid bagai tak hilang dari pelupuk matanya. Pandangan matanya yang teduh menunduk membuat hatinya sedemikian terpikat. Pembicaraan orang-orang tentang kesalehan seorang pemuda di tengah kota bernama Zahid semakin membuat hatinya tertawan. Tadi pagi ia menatap wajahnya dan mendengarkan tutur suaranya. Ia juga menyaksikan wibawanya. Tiba-tiba air matanya mengalir deras. Hatinya merasakan aliran kesejukan dan kegembiraan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Dalam hati ia berkata,

“Inikah cinta? Beginikah rasanya? Terasa hangat mengaliri syaraf. Juga terasa sejuk di dalam hati. Ya Rabbi, tak aku pungkiri aku jatuh hati pada hamba-Mu yang bernama Zahid. Dan inilah untuk pertama kalinya aku terpesona pada seorang pemuda. Untuk pertama kalinya aku jatuh cinta. Ya Rabbi, izinkanlah aku mencintainya.”

Air matanya terus mengalir membasahi pipinya. Ia teringat sapu tangan yang ia berikan pada Zahid. Tiba-tiba ia tersenyum,
“Ah sapu tanganku ada padanya. Ia pasti juga mencintaiku. Suatu hari ia akan datang
kemari.”
Hatinya berbunga-bunga. Wajah yang tampan bercahaya dan bermata teduh itu hadir di pelupuk matanya.
***
Sementara itu di dalam masjid Kufah tampak Zahid yang sedang menangis di sebelah kanan mimbar. Ia menangisi hilangnya kekhusyukan hatinya dalam shalat. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Sejak ia bertemu dengan Afirah di kebun kurma tadi pagi ia tidak bisa mengendalikan gelora hatinya. Aura kecantikan Afirah mengakar sedemikian kuat dalam relung-relung hatinya. Aura itu selalu melintas dalam shalat, baca Al-Quran dan dalam apa saja yang ia kerjakan. Ia telah mencoba berulang kali menepis jauh-jauh aura pesona Afirah dengan melakukan shalat sekhusyu’-khusyu’-nya namun usaha itu sia-sia.
“Ilahi, kasihanilah hamba-Mu yang lemah ini. Engkau Maha Tahu atas apa yang menimpa
diriku. Aku tak ingin kehilangan cinta-Mu. Namun Engkau juga tahu, hatiku ini tak mampu mengusir pesona kecantikan seorang makhluk yang Engkau ciptakan. Saat ini hamba sangat lemah berhadapan dengan daya tarik wajah dan suaranya Ilahi, berilah padaku cawan kesejukan untuk meletakkan embun-embun cinta yang menetes-netes dalam dinding hatiku ini. Ilahi, tuntunlah langkahku pada garis takdir yang paling Engkau ridhai. Aku serahkan hidup matiku untuk-Mu.” Isak Zahid mengharu biru pada Tuhan Sang Pencipta hati, cinta, dan segala keindahan semesta.

Zahid terus meratap dan mengiba. Hatinya yang dipenuhi gelora cinta terus ia paksa untuk menepis noda-noda nafsu. Anehnya, semakin ia meratap embun-embun cinta itu semakin deras mengalir. Rasa cintanya pada Tuhan. Rasa takut akan azab-Nya. Rasa cinta dan rindu-Nya pada Afirah. Dan rasa tidak ingin kehilangannya. Semua bercampur dan mengalir sedemikian hebat dalam relung hatinya. Dalam puncak munajatnya ia pingsan.Menjelang subuh, ia terbangun. Ia tersentak kaget. Ia belom shalat tahajjud.

Beberapa orang tampak tengah asyik beribadah bercengkerama dengan Tuhannya. Ia menangis, ia menyesal.Biasanya ia sudah membaca dua juz dalam shalatnya.

“Ilahi, jangan kau gantikan bidadariku di surga dengan bidadari dunia. Ilahi, hamba lemah maka berilah kekuatan!”
Ia lalu bangkit, wudhu, dan shalat tahajjud. Di dalam sujudnya ia berdoa,
“Ilahi, hamba mohon ridha-Mu dan surga. Amin. Ilahi lindungi hamba dari murkamu dan
neraka. Amin. Ilahi, jika boleh hamba titipkan rasa cinta hamba pada Afirah pada-Mu, hamba terlalu lemah untuk menanggung-Nya. Amin. Ilahi, hamba memohon ampunan-Mu, rahmat-Mu, cinta-Mu, dan ridha-Mu. Amin.”
***
Pagi hari, usai shalat dhuha Zahid berjalan ke arah pinggir kota. Tujuannya jelas yaitu melamar Afirah. Hatinya mantap untuk melamarnya. Di sana ia disambut dengan baik oleh kedua orangtua Afirah. Mereka sangat senang dengan kunjungan Zahid yang sudah terkenal ketakwaannya di seantero penjuru kota. Afiah keluar sekejab untuk membawa minuman lalu kembali ke dalam. Dari balik tirai ia mendengarkan dengan seksama pembicaraan Zahid dengan ayahnya. Zahid mengutarakan maksud kedatangannya, yaitu melamar Afirah.

Sang ayah diam sesaat. Ia mengambil nafas panjang. Sementara Afirah menanti dengan seksama jawaban ayahnya. Keheningan mencekam sesaat lamanya. Zahid menundukkan kepala ia pasrah dengan jawaban yang akan diterimanya. Lalu terdengarlah jawaban ayah Afirah,

“Anakku Zahid, kau datang terlambat. Maafkan aku, Afirah sudah dilamar Abu Yasir untuk putranya Yasir beberapa hari yang lalu, dan aku telah menerimanya.”

Zahid hanya mampu menganggukan kepala. Ia sudah mengerti dengan baik apa yang didengarnya. Ia tidak bisa menyembunyikan irisan kepedihan hatinya. Ia mohon diri dengan mata berkaca-kaca. Sementara Afirah, lebih tragis keadaannya. Jantungnya nyaris pecah mendengarnya. Kedua kakinya seperti lumpuh seketika. Ia pun pingsan saat itu juga.
***
Zahid kembali ke masjid dengan kesedihan tak terkira. Keimanan dan ketakwaan Zahid ternyata tidak mampu mengusir rasa cintanya pada Afirah. Apa yang ia dengar dari ayah Afirah membuat nestapa jiwanya. Ia pun jatuh sakit. Suhu badannya sangat panas. Berkali-kali ia pingsan. Ketika keadaannya kritis seorang jamaah membawa dan merawatnya di rumahnya. Ia sering mengigau. Dari bibirnya terucap kalimat tasbih, tahlil, istigfhar dan … Afirah.

Kabar tentang derita yang dialami Zahid ini tersebar ke seantero kota Kufah. Angin pun meniupkan kabar ini ke telinga Afirah. Rasa cinta Afirah yang tak kalah besarnya membuatnya menulis sebuah surat pendek,

Kepada Zahid,

Assalamu’alaikum
Aku telah mendengar betapa dalam rasa cintamu padaku. Rasa cinta itulah yang membuatmu sakit dan menderita saat ini. Aku tahu kau selalu menyebut diriku dalam mimpi dan sadarmu. Tak bisa kuingkari, aku pun mengalami hal yang sama. Kaulah cintaku yang pertama. Dan kuingin kaulah pendamping hidupku selama-lamanya.

Zahid,
Kalau kau mau. Aku tawarkan dua hal padamu untuk mengobati rasa haus kita berdua. Pertama, aku akan datang ke tempatmu dan kita bisa memadu cinta. Atau kau datanglah ke kamarku, akan aku tunjukkan jalan dan waktunya.
Wassalam
Afirah
===============================================================
Surat itu ia titipkan pada seorang pembantu setianya yang bisa dipercaya. Ia berpesan agar surat itu langsung sampai ke tangan Zahid. Tidak boleh ada orang ketiga yang membacanya. Dan meminta jawaban Zahid saat itu juga. Hari itu juga surat Afirah sampai ke tangan Zahid. Dengan hati berbunga-bunga Zahid menerima surat itu dan membacanya. Setelah tahu isinya seluruh tubuhnya bergetar hebat. Ia menarik nafas panjang dan beristighfar sebanyak-banyaknya. Dengan berlinang air mata ia menulis untuk Afirah :

Kepada Afirah,

Salamullahi’alaiki,
Benar aku sangat mencintaimu. Namun sakit dan deritaku ini tidaklah sematamata karena rasa cintaku padamu. Sakitku ini karena aku menginginkan sebuah cinta suci yang mendatangkan pahala dan diridhai Allah ‘Azza Wa Jalla’. Inilah yang kudamba. Dan aku ingin mendamba yang sama. Bukan sebuah cinta yang menyeret kepada kenistaan dosa dan murka-Nya.

Afirah,
Kedua tawaranmu itu tak ada yang kuterima. Aku ingin mengobati kehausan jiwa ini dengan secangkir air cinta dari surga. Bukan air timah dari neraka. Afirah,

“Inni akhaafu in ‘ashaitu Rabbi adzaaba yaumin ‘adhim!” ( Sesungguhnya aku takut akan siksa hari yang besar jika aku durhaka pada Rabb-ku. Az Zumar : 13 )

Afirah,
Jika kita terus bertakwa. Allah akan memberikan jalan keluar. Tak ada yang bisa aku lakukan saat ini kecuali menangis pada-Nya. Tidak mudah meraih cinta berbuah pahala. Namun aku sangat yakin dengan firmannya :

“Wanita-wanita yang tidak baik adalah untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah buat wanita-wanita yang tidak baik (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka. Bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia (yaitu surga).”

Karena aku ingin mendapatkan seorang bidadari yang suci dan baik maka aku akan berusaha kesucian dan kebaikan. Selanjutnya Allahlah yang menentukan.

Afirah,
Bersama surat ini aku sertakan sorbanku, semoga bisa jadi pelipur lara dan rindumu. Hanya kepada Allah kita serahkan hidup dan mati kita.
Wassalam,
Zahid
===============================================================
Begitu membaca jawaban Zahid itu Afirah menangis. Ia menangis bukan karena kecewa tapi menangis karena menemukan sesuatu yang sangat berharga, yaitu hidayah. Pertemuan dan percintaannya dengan seorang pemuda saleh bernama Zahid itu telah mengubah jalan hidupnya. Sejak itu ia menanggalkan semua gaya hidupnya yang glamor. Ia berpaling dari dunia dan menghadapkan wajahnya sepenuhnya untuk akhirat. Sorban putih pemberian Zahid ia jadikan sajadah, tempat dimana ia bersujud, dan menangis di tengah malam memohon ampunan dan rahmat Allah SWT. Siang ia puasa malam ia habiskan dengan bermunajat pada Tuhannya. Di atas sajadah putih ia menemukan cinta yang lebih agung dan lebih indah, yaitu cinta kepada Allah SWT. Hal yang sama juga dilakukan Zahid di masjid Kufah. Keduanya benar-benar larut dalam samudera cinta kepada Allah SWT.

Allah Maha Rahman dan Rahim. Beberapa bulan kemudian Zahid menerima sepucuk surat dari Afirah :

Kepada Zahid,

Assalamu’alaikum,
Segala puji bagi Allah, Dialah Tuhan yang memberi jalan keluar hamba-Nya yang bertakwa. Hari ini ayahku memutuskan tali pertunanganku dengan Yasir. Beliau telah terbuka hatinya. Cepatlah kau datang melamarku. Dan kita laksanakan pernikahan mengikuti sunnah Rasululullah SAW. Secepatnya.
Wassalam,
Afirah

_
===============================================================
Seketika itu Zahid sujud syukur di mihrab masjid Kufah. Bunga-bunga cinta bermekaran dalam hatinya. Tiada henti bibirnya mengucapkan hamdalah.

ALHAMDULILLAH....

Sunday, May 22, 2011

Harga Sehelai Tudung Labuh???

PUT YOUR TRUST TO ALLAH...100% INSYA-ALLAH (^-^)
ya Allah... ya Allah... ya Allah...

Bismillahirrahmanirrahim....
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang...
Moga semua dalam rahmat-NYA
InsyaAllah

HARGA SEHELAI TUDUNG LABUH…. :)
Dia menangis tersedu dalam dakapanku... tidak seperti biasa wajahnya sugul menenggelamkan keceriaannya seperti hari-hari biasa.

"Kalaupun ana salah, tak boleh ke mereka tegur depan-depan? Kenapa perlu cakap-cakap kat belakang", rintih Sumayyah dalam sedunya.

Ana mengusap lembut belakangnya, cuba menenangkan.

"Ana rasa ana ni macam jahat sangat, ana tak tahu pun mereka tak suka dengan sikap-sikap ana. Ana rasa macam semua orang tak suka ana, cakap buruk tentang ana kat belakang", tangisnya makin menjadi-jadi, tak pernahku lihat dia menangis sebegitu kerana dia biasanya hanya suka berdiam dan memendam, sukar untuk meluahkan perasaan. Begitulah Sumayyah seorang gadis bertubuh agak kecil namun sebenarnya di sebalik kerdilnya jasad tersimpan satu semangat dakwah yang kental. Ana kagum dengan jiwa kentalnya bak Sumayyah... wanita pertama yang syahid kerana mempertahankan akidah.

"Mereka kata macam-macam, ana ni pakai je tudung labuh, bawa imej Islam tapi perangai tak macam orang tudung labuh. Salah ke ana menegur kalau ana nampak mereka buat perkara tak betul? Memang ana akui ana agak tegas dan berterus terang, tapi ana bukan nak malukan mereka. Ana tahu ana tak sempurna, ana bukan budak sekolah agama,hanya sekolah harian biasa,tak pernah mengikuti pendidikan Islam secara formal di sekolah, banyak lagi ilmu yang ana tak tahu. Mereka kata masa ana tak pakai tudung labuh dulu, ana tak macam ni", rintihnya lagi.

Ana biarkan saja Sumayyah terus meluahkan apa yang terbuku di hatinya, biar dia lega. Ana leraikan pelukannya, namun terus mengelus lembut bahunya, mudah-mudahan dia diberi kekuatan.

"Enti menyesal pakai tudung labuh?", ana meneka. Dia hanya membisu. Dikesatnya jernih-jernih mutiara yang turun melaju dari tubir matanya. Ana dapat mengagak jawapan disebalik kebisuannya. "Enti berputus asa nak menegur mereka lagi?", ana terus menduga.

"Buat apa nak tegur lagi, kalau tegur pun akhirnya ana yang kena kutuk", perlahan dia menjawab dalam sedu sedannya.

"Enti, Allah nak uji enti hari ini. Inilah harga tudung labuh yang kita pakai, inilah harga yang kita terpaksa bayar. Siapa kata pakai tudung labuh senang? Tak mudah seperti yang mereka nampak. Bila dah bertekad untuk pakai tudung labuh, kita kena siapkan juga fizikal, mental dan hati kita, kena kuat, kena tahan dengan cabaran. Dan inilah antara ujiannya. Bilamana kita orang yang bertudung labuh buat silap, terus dikaitkan dengan agama. Bahkan kita ni jadi perhatian di mana-mana. Pada mereka, kita kena jadi sempurna, kena tahu semua ilmu agama, dan tak boleh buat silap sikit pun. Sedangkan, kita juga manusia, manusia yang banyak sangat kelemahan", ana bersuara sambil memandang tepat ke wajahnya yang sugul. Dia terus membisu...

"Jangan pernah menyesal dengan diri enti, tudung enti. Jangan kerana masalah sekecil ini, enti dah mengalah. Ujian ni banyak sangat hikmahnya untuk enti. Allah nak ajarkan tentang sesuatu kepada enti. Sebelum ini enti mungkin tak pernah rasai ujian bila bertudung labuh, awal-awal dulu, semua menyokong, memuji dan beri galakan. Jadi mungkin enti tak terkesan sangat dengan istimewanya diri enti sekarang. Bila Allah datangkan ujian macam ni, baru kita akan rasai, betapa tak mudah sebenarnya, bersama tudung yang kita pakai, ada tanggungjawab besar yang kita bawa bersama. Tanggungjawab untuk memegang amanah membawa imej Islam, tanggungjawab memperbaiki diri, biar dalaman kita secantik luaran, akhlak kita indah sebagaimana tudung kita, tanggungjawab mempersiapkan diri dengan ilmu, kerana wanita seperti kita selalu jadi tumpuan bila sahabat-sahabat ada permasalahan agama. Jangan anggap ia sebagai beban, anggap ia sebagai keistimewaan, yang Allah bagi hanya khas kepada insan-insan yang Dia pilih. Nah, betul kan, bertudung labuh tak semudah yang disangka? Hanya yang betul kental saja dapat terus istiqamah dengannya, dan yang istiqamah dalam mengharapkan keredhaan Allah, bukan kah mendapat tempat istimewa di sisiNya? Enti tak nak jadi terkenal pada padangan Allah dan penduduk langit? Enti dah nak berputus asa?" Ana menduga mindanya.

Melihat dia terus membisu, ana bersuara lagi.

"Begitu juga, ujian ini mungkin nak menyedarkan sesuatu tentang dakwah yang berhikmah. Dulu kita biasa saja dengarkan,di mana-mana ustaz ustazah berpesan, dalam mana-mana buku yang kita baca, dakwah mesti berhikmah. Jadi sekarang Allah ajar enti bukan teori saja apa itu dakwah berhikmah, tapi juga praktikalnya sekali. Bagaimana dakwah berhikmah? Mesti kena caranya, tempatnya, sesuai perkataannya, tidak melukakan, tidak menyebabkan kemarahan orang yang kita nasihatkan. Bagaimana kalau dakwahnya tidak berhikmah? Maka jadilah, dakwah kita tak berkesan, mad'u kita terasa jauh hati dengan nasihat kita, dan akhirnya keluar lah cakap-cakap belakang macam yang enti alami. Jadi, enti jelaskan? Kenapa bersungguh benar Allah dan rasul minta kita berdakwah secara berhikmah. Dan mungkin Allah nak tegur, cara enti, Allah nak awak perbetulkan method dakwah yang enti guna, Allah nak kata, salah tu, kena perbaiki. Kena betul methodnya... Salahkah Allah tegur? Tak salah, kan. Allah tegur sebab Allah sayang, Allah tegur sebab nak bagi kekuatan, Allah tegur supaya kerja-kerja ini dapat enti laksanakan dengan lebih berkesan. Bila berdakwah, kita berhadapan dengan macam-macam ragam manusia. Mereka mad’u kita kan? Kita harus bersabar... seperti sabarnya Rasulullah s.a.w. dalam dakwah baginda. Mad’u kita ada yang sensitif, mudah melawan, ada yang terbuka, mudah dinasihati, jadi sebagai dai’e kita kena bijak sesuaikan. Dai'e yang kental, takkan putus asa, sebab dia tahu, dakwah adalah kewajipan, bukan pilihan."

"Lagi, apa Allah nak bagitahu enti? Terasa sangat sakit dan terluka bila kita jadi bahan umpatan, kejian dan kelemahan kita dibicarakan kat belakang, kan? Jadi bila kita tahu sakitnya macam ni, kita jangan sesekali buat perkara sama kepada sahabat kita sebab kita dah tahu betapa pedihnya, betapa peritnya akibat daripada perbuatan ni. Boleh lukakan hati orang, boleh menyebabkan permusuhan juga. Bila ada apa-apa yang perlu ditegur, dinasihati, jumpa sahabat kita sendiri, cakap secara jujur dan ikhlas, insyaAllah semua orang suka kalau kelembutan digunakan, cepat meresap. Kalau pun dia mungkin tak dapat terus berubah, sekurang-kurangnya dia tak terasa hati, dan tak ada permusuhan antara kita."

"Enti, walaupun enti rasa ujian ni sangat menyakitkan hari ni, tapi ana tak tengok satu pun perkara buruk yang Allah maksudkan terhadap enti. Semuanya ada hikmah yang sangat indah. Kenapa teguran Allah ini begitu perit, sakit? Sebab Allah nak kita ingat, sebab yang menyakitkan tu lebih lekat dalam ingatan kita, kalau ujian tu senang, mungkin kita tak hargainya. Allah nak kejutkan kita, mungkin Allah terpaksa 'menyergah' kita dengan kuat."

Sedu-sedannya telah reda, Ya Allah semoga kekalutan jiwa dia juga begitu.

"Habis, apa ana kena buat?", tanyanya.

"Haa... sekarang enti perlu sujud taubat kepada Allah, minta keampunanNya, mungkin ada kesilapan yang enti tak sedari, bersyukur padaNya sebab menegur enti dengan ujian begini. Kemudian pergilah jumpa sahabat-sahabat yang terasa dengan enti tu, minta maaf. Sekarang tak timbul isu siapa bersalah pada siapa dulu, tapi yang sebaik-baiknya adalah leraikan permusuhan, minta dan beri kemaafan." jawabku.

Dia menggenggam tanganku erat, "Syukran ya sodiqoti".

"Allah yang sedang memujuk enti, ana pelakon tambahan saja, tapi ana bersyukur, Allah kurniakan anugerah pengajaran yang tak  ternilai untuk ana hari ni. Alhamdulillah ya Allah, syukran pada enti juga." Hatiku tenang, moga Allah memberi dia ketenangan yang sama. Ana yakin sesungguhnya jiwa-jiwa hamba itu itu dikawal oleh Tuhan. Allah itu dekat....

Sahabat, walau siapa pun kita, bertudung labuh, tudung biasa, atau yang tidak bertudung sekalipun, kita SEMUA adalah manusia biasa, yang lemah, ada cacat celanya. Sekiranya ada sahabat kita terlalai, terlupa, tolonglah ingatkan dia dengan sebaik cara.

Dan yang paling utama, setiap apa saja ujian yang mendatangi kita, berbaik sangkalah pada Allah. Bertenang, dan fikirkan hikmahnya dengan rasional. InsyaAllah, pasti dan pasti Allah tidak akan pernah menzalimi kita.


“YAKINLAH MUJAHADAH ITU SAKIT, PEDIH, PAHIT... KERANA SYURGA ITU MANIS”
PUT YOUR TRUST TO ALLAH.... 100%

Friday, May 20, 2011

KISAH MALAIKAT PENJAGA 7 PINTU LANGIT...

PUT YOUR TRUST TO ALLAH...100% INSYA-ALLAH (^-^)
ya Allah... ya Allah... ya Allah...

Bismillahirrahmanirrahim....
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang...
Moga semua dalam rahmat-NYA
InsyaAllah

Untuk peringatan kepada kita semua:

~~~KISAH MALAIKAT PENJAGA 7 PINTU LANGIT~~~

Allah menciptakan tujuh malaikat sebelum Dia menciptakan langit dan bumi. Di setiap langit ada satu malaikat yang menjaga pintu

Ibnu Mubarak mengatakan bahwa Khalid bin Ma'dan berkata kepada sahabat Mu'adz bin Jabal RA, "Ceritakanlah satu hadits yang kau dengar dari Rasulullah SAW, yang kau menghafalnya dan setiap hari kau mengingatnya lantaran saking keras, halus, dan dalamnya makna hadits tersebut. Hadits manakah yang menurut pendapatmu paling penting ?"

Mu'adz menjawab, "Baiklah, akan kuceritakan: " Sesaat kemudian, ia pun menangis hingga lama sekali, lalu ia bertutur, "hmm, sungguh kangennya hati ini kepada Rasulullah SAW, ingin rasanya segera bersua dengan beliau.."

Ia melanjutkan, "Suatu saat aku menghadap Rasulullah SAW. Beliau menunggangi seekor unta dan menyuruhku naik dibelakangnya, maka berangkatlah kami dengan unta tersebut. Kemudian beliau menengadahkan wajahnya ke langit, dan berdoa, "Puji syukur kehadirat Allah, Yang Maha Berkehendak kepada makhluq-Nya menurut kehendak-Nya."

Kemudian beliau SAW berkata, "sekarang aku akan mengisahkan satu cerita kepadamu yang apabila engkau hafalkan, akan berguna bagimu, tapi kalau engkau sepelekan, engkau tidak akan mempunyai hujjah kelak di hadapan Allah SWT.

AMAL YANG TERTOLAK

"Hai, Mu'adz! Allah menciptakan tujuh malaikat sebelum Dia menciptakan langit dan bumi. Pada setiap langit ada satu malaikat yang menjaga pintu, dan tiap-tiap pintu langit itu dijaga oleh malaikat penjaga pintu sesuai kadar pintu dan keagungannya.

Maka, Malaikat hafazhah (malaikat yang memelihara dan mencatat amal seseorang) naik ke langit dengan membawa amal seseorang yang cahayanya bersinar-sinar bagaikan cahaya matahari. Ia, yang menganggap amal orang tersebut banyak, memuji amal-amal orang itu. Tapi, sampai di pintu langit pertama, berkata malaikat penjaga pintu langit itu kepada malaikat hafazhah, "Tamparkanlah amal ini ke wajah pemiliknya, aku ini penjaga tukang pengumpat, aku diperintahkan untuk tidak menerima masuk tukang mengumpat orang lain. Jangan sampai amal ini melewatiku untuk mencapai langit berikutnya."

Keesokan harinya, ada lagi malaikat hafazhah yang naik ke langit dengan membawa amal shalih seorang lainnya yang cahayanya berkilauan. Ia juga memujinya lantaran begitu banyaknya amal tersebut. Namun malaikat di langit kedua mengatakan, "berhentilah, dan tamparkan amal ini ke wajah pemiliknya, sebab dengan amalnya itu dia mengharap keduniaan. Allah memerintahkanku untuk menahan amal seperti ini, jangan sampai lewat hingga hari berikutnya." Maka seluruh malaikat pun melaknat orang tersebut sampai sore hari.

Kemudian ada lagi malaikat hafazhah yang naik ke langit dengan membawa amal hamba Allah yang sangat memuaskan, dipenuhi amal sedekah, puasa, dan bermacam-macam kebaikan yang oleh malaikat hafazhah dianggap demikian banyak dan terpuji. Namun saat sampai di langit ketiga berkata malaikat penjaga pintu langit yang ketiga, "Tamparkanlan amal ini ke wajah pemiliknya, aku malaikat penjaga orang yang sombong. Allah memerintahkanku untuk tidak menerima orang sombong masuk. Jangan sampai amal ini melewatiku untuk mencapai langit berikutnya. Salahnya sendiri ia menyombongkan dirinya di tengah-tengah orang lain.

Kemudian ada lagi malaikat hafazhah yang naik ke langit keempat, membawa amal seseorang yang bersinar bagaikan bintang yang paling besar, suaranya bergemuruh, penuh dengan tasbih, puasa, shalat, naik haji, dan umrah. Tapi, ketika sampai di langit keempat, malaikat penjaga pintu langit keempat mengatakan kepada malaikat hafazhah, "berhentilah, jangan dilanjutkan. Tamparkanlah amal ini ke wajah pemiliknya, aku ini penjaga orang -orang yang suka ujub (membanggakan diri). Aku diperintahkan untuk tidak menerima masuk amal tukang ujub. Jangan sampai amal itu melewatiku untuk mencapai langit yang berikutnya, sebab ia kalau beramal selalu ujub.

Kemudian naik lagi malaikat hafazhah ke langit kelima, membawa amal hamba yang diarak bagaikan pengantin wanita diiring kepada suaminya, amal yang begitu bagus, seperti amal jihad, ibadah haji, ibadah umrah. Cahaya amal itu bagaikan matahari. Namun, begitu sampai di langit kelima, berkata malaikat penjaga pintu langit kelima, "Aku ini penjaga sifat hasud (dengki, iri hati). Pemilik amal ini, yang amalnya sedemikian bagus, suka hasud kepada orang lain atas kenikmatan yang Allah berikan kepadanya. Sungguh ia benci kepada apa yang diridhai Allah SWT. Saya diperintahkan agar tidak membiarkan amal orang seperti ini untuk melewati pintuku menuju pintu selanjutnya.."

Kemudian ada lagi malaikat hafazhah naik dengan membawa amal lain berupa wudhu yang sempurna, shalat yang banyak, puasa, haji, dan umrah. Tapi saat ia sampai di langit keenam, malaikat penjaga pintu ini mengatakan, "Aku ini malaikat penjaga rahmat. Amal yang seolah-olah bagus ini, tamparkanlah ke wajah pemiliknya. Salah sendiri ia tidak pernah mengasihi orang. Apabila ada orang lain yang mendapat musibah, ia merasa senang. Aku diperintahkan agar amal seperti ini tidak melewatiku hingga dapat sampai pada pintu berikutnya."

Kemudian ada lagi malaikat hafazhah naik ke langit ketujuh dengan membawa amal seorang hamba berupa bermacam-macam sedekah, puasa, shalat, jihad, dan kewara'a. Suaranya pun bergemuruh bagaikan geledek. Cahayanya bagaikan malaikat. Namun tatkala sampai di langit yang ketujuh, malaikat penjaga langit ketujuh mengatakan, "Aku ini penjaga sum'at (ingin terkenal / Riya). Sesungguhnya orang ini ingin dikenal dalam kumpulan, kumpulan, selalu ingin terlihat lebih unggul disaat berkumpul, dan ingin mendapatkan pengaruh dari para pemimpin.. Allah memerintahkanku agar amalnya itu tidak sampai melewatiku. Setiap amal yang tidak bersih karena Allah, itulah yang disebut Riya. Allah tak akan menerima amal orang-orang yang riya."

Kemudian ada lagi malaikat hafazhah naik membawa amal seorang hamba : shalat, zakat, puasa, haji, umrah, akhlak yang baik, pendiam, tidak banyak bicara, dzikir kepada Allah. Amalnya itu diiringi para malaikat hingga langit ketujuh, bahkan sampai menerobos memasuki hijab-hijab dan sampailah kehadirat Allah.
Para malaikat itu berdiri dihadapan Allah. Semua menyaksikan bahwa amal ini adalah amal yang shalih dan ikhlas karena Allah SWT.

Namun Allah berfirman, " Kalian adalah hafazhah, pencatat amal-amal hamba-Ku. Sedangkan Akulah yang mengintip hatinya. Amal ini tidak karena-Ku. yang dimaksud oleh si pemilik amal ini bukanlah Aku. Amal ini tidak diikhlaskan demi Aku. Aku lebih mengetahui dari kalian apa yang dimaksud olehnya dengan amalan itu. Aku laknat dia, karena menipu orang lain, dan juga menipu kalian (para malaikat hafazhah). tapi Aku tak'kan tertipu olehnya.

Aku ini yang paling tahu akan hal-hal yang ghaib. Akulah yang melihat isi hatinya, dan tidak akan samar kepada-Ku setiap apapun yang samar. tidak akan tersembunyi bagi-Ku setiap apapun yang tersembunyi. Pengetahuan-Ku atas apa yang telah terjadi sama dengan pengetahuan-Ku akan apa yang akan terjadi. Pengetahuan-Ku atas apa yang telah lewat sama dengan pengetahuan-Ku atas apa yagn akan datang. Pengetahuan-Ku kepada orang-orang terdahu-Ku sebagaimana pengetahuan-Ku kepada orang-orang yang kemudian. Aku lebih tahu atas apapun yang tersamar daripada rahasia. Bagaimana bisa amal hamba-Ku menipu-Ku. Dia bisa menipu makhluk-makhluk yang tidak tahu, sedangkan Aku ini Yang Mengetahui hal-hal yang ghaib. Laknat-Ku tetap kepadanya.

Tujuh malaikat hafazhah yang ada pada saat itu dan 3000 malaikat lain yang mengiringinya menimpali, "Wahai Tuhan kami, dengan demikian tetaplah laknat-Mu dan laknat kami kepadanya." Maka, semua yang ada di langit pun mengatakan, "Tetapkanlah laknat Allah dan laknat mereka yang melaknat kepadanya."

TAHANLAH MULUTMU

Mu'adz pun kemudian menangis terisak-isak dan berkata, "Ya Rasulullah, bagaimana bisa aku selamat dari apa yang baru engkau ceritakan itu.?"
Rasulullah SAW menjawab, " Wahai Mu'adz, ikutilah nabimu dalam hal keyakinan.!"
Mu'adz berkata lagi, 'Wahai Tuan, engkau adalah Rasulullah. sedangkan aku ini hanyalah si Mu'adz bin Jabal, bagaimana aku dapat selamat dan terlepas dari bahaya tersebut?"

Rasulullah SAW bersabda: "seandainya dalam amalmu ada kelengahan, tahanlah mulutmu, jangan sampai menjelek-jelekkan orang lain, dan juga saudara-saudaramu sesama ulama. Apabila engkau hendak menjelek-jelekkan orang lain, ingatlah pada dirimu sendiri. Sebagaimana engkau tahu dirimu pun penuh dengan aib. Jangan membersihkan dirimu dengan menjelek-jelekkan orang lain. Jangan mengangkat dirimu sendiri dengan menekan orang lain.

Jangan Riya dengan amalmu agar diketahui orang lain. Janganlah termasuk golongan orang yang mementingkan dunia dengan melupakan akhirat. Kamu jangan berbisik-bisik dengan seseorang padahal disebelahmu ada orang lain yang tidak diajak berbisik.

Jangan takabur kepada orang lain, nanti akan luput bagimu kebaikan dunia dan akhirat. Jangan berkata kasar dalam suatu majelis dengan maksud supaya orang-orang takut akan keburukan akhlaqmu itu. Jangan mengungkit-ungkit apabila berbuat kebaikan.
Jangan merobek-robek (pribadi) orang lain dengan mulutmu, kelak kamu akan dirobek-robek oleh anjing-anjing neraka jahannam, sebagaimana firman Allah, "Wannaasyithaati nasythaa." (Di neraka itu ada anjing-anjing perobek badan-badan manusia, yang mengoyak-ngoyak daging dari tulangnya.)

Aku (Mu'adz) berkata : "Ya Rasulullah, siapa yang akan kuat menanggung penderitaan semacam ini ?"
Jawab Rasulullah SAW, Wahai Mu'adz, yang kuceritakan tadi itu akan mudah bagi mereka yang dimudahkan oleh Allah SWT. Cukup untuk mendapatkan semua itu, engkau menyayangi orang lain sebagaimana engkau menyayangi dirimu sendiri, dan membenci sesuatu terjadi kepada orang lain apa-apa yang engkau benci bila sesuatu itu terjadi kepadamu.
Apabila seperti itu, engkau akan selamat, terhindar dari penderitaan itu."

Khalid bin Ma'dan (yang meriwayatkan hadits itu dari Mu'adz RA) mengatakan, "Mu'adz sering membaca hadits ini sebagaimana seringnya ia membaca Al-Qur'an, mempelajari hadits ini sebagaimana ia mempelajari Al-Qur'an dalam majelisnya."

RINGKASAN atau KESIMPULAN :

1. Allah SWT menciptakan Malaikat yang bertugas menjaga 7 pintu langit sebelum sampai langsung dihadapan singgahsanaNya.

2. Diantara Malaikat penjaga pintu itu mempunyai tugas memeriksa amalan seseorang yang dibawa oleh Malaikat Hafazhah ( malaikat pembawa catatan amalan manusia ); sebagai berikut :

A. Malaikat Penjaga Pintu Langit Pertama : Malaikat yang diperintahkan untuk tidak menerima masuk amalan orang tukang mengumpat orang lain.

B. Malaikat Penjaga Pintu Langit Kedua : Malaikat yang diperintahkan untuk tidak menerima amalan seseorang sebab dengan amalnya itu dia mengharap keduniaan bukan semata karena Allah.

C. Malaikat Penjaga Pintu Langit Ketiga : Malaikat yang diperintahkan untuk tidak menerima masuknya amalan orang yang sombong

D. Malaikat Penjaga Pintu Langit Ke-empat : Malaikat yang diperintahkan untuk tidak menerima amalannya orang -orang yang suka ujub (membanggakan diri).

E. Malaikat Penjaga Pintu Langit Kelima : Malaikat yang diperintahkan untuk tidak menerima amalannya orang-orang suka hasud kepada orang lain atas kenikmatan yang Allah berikan kepadanya.

F. Malaikat Penjaga Pintu Langit Ke-enam : Malaikat yang diperintahkan untuk tidak menerima amalannya orang-orang yang tidak pernah mengasihi orang.

G. Malaikat Penjaga Pintu Langit Ketujuh : Malaikat yang diperintahkan untuk tidak menerima amalannya orang-orang yang ingin dikenal dalam kumpulan, kumpulan, selalu ingin terlihat lebih unggul disaat berkumpul, dan ingin mendapatkan pengaruh dari para pemimpin.

3. Terlepas dari penjagaan pintu ketujuh ini , amalan akan langsung dikoreksi oleh Allah SWT . Hal ini sebagaimana Allah berfirman, " Kalian adalah hafazhah, pencatat amal-amal hamba-Ku. Sedangkan Akulah yang mengintip hatinya. Amal ini tidak karena-Ku. yang dimaksud oleh si pemilik amal ini bukanlah Aku. Amal ini tidak diikhlaskan demi Aku. Aku lebih mengetahui dari kalian apa yang dimaksud olehnya dengan amalan itu. Aku laknat dia, karena menipu orang lain, dan juga menipu kalian (para malaikat hafazhah).

4. Untuk selamat dari hal-hal diatas ; maka yang diperlukan adalah : MENJAGA MULUT sebagaimana hadist Rasulullah SAW :

Rasulullah SAW bersabda: "seandainya dalam amalmu ada kelengahan, tahanlah mulutmu, jangan sampai menjelek-jelekkan orang lain, dan juga saudara-saudaramu sesama ulama. Apabila engkau hendak menjelek-jelekkan orang lain, ingatlah pada dirimu sendiri. Sebagaimana engkau tahu dirimu pun penuh dengan aib. Jangan membersihkan dirimu dengan menjelek-jelekkan orang lain. Jangan mengangkat dirimu sendiri dengan menekan orang lain.

Jangan Riya dengan amalmu agar diketahui orang lain. Janganlah termasuk golongan orang yang mementingkan dunia dengan melupakan akhirat. Kamu jangan berbisik-bisik dengan seseorang padahal disebelahmu ada orang lain yang tidak diajak berbisik.

Jangan takabur kepada orang lain, nanti akan luput bagimu kebaikan dunia dan akhirat. Jangan berkata kasar dalam suatu majelis dengan maksud supaya orang-orang takut akan keburukan akhlaqmu itu. Jangan mengungkit-ungkit apabila berbuat kebaikan.

Jangan merobek-robek (pribadi) orang lain dengan mulutmu, kelak kamu akan dirobek-robek oleh anjing-anjing neraka jahannam, sebagaimana firman Allah, "Wannaasyithaati nasythaa." (Di neraka itu ada anjing-anjing perobek badan-badan manusia, yang mengoyak-ngoyak daging dari tulangnya.)

Aku (Mu'adz) berkata : "Ya Rasulullah, siapa yang akan kuat menanggung penderitaan semacam ini ?"
Jawab Rasulullah SAW, Wahai Mu'adz, yang kuceritakan tadi itu akan mudah bagi mereka yang dimudahkan oleh Allah SWT. Cukup untuk mendapatkan semua itu, engkau menyayangi orang lain sebagaimana engkau menyayangi dirimu sendiri, dan membenci sesuatu terjadi kepada orang lain apa-apa yang engkau benci bila sesuatu itu terjadi kepadamu.
Apabila seperti itu, engkau akan selamat, terhindar dari penderitaan itu.

5. Sebagai anjuran : "Mu'adz sering membaca hadits ini sebagaimana seringnya ia membaca Al-Qur'an, mempelajari hadits ini sebagaimana ia mempelajari Al-Qur'an dalam majelisnya."
Demikianlah tulisan ini , semoga dapat bermanfaat bagi kita semua dalam menjalani kehidupan didunia ini….
 
 

Thursday, May 19, 2011

AYAT-AYAT CINTA BUAT KEKASIH...

PUT YOUR TRUST TO ALLAH...100% INSYA-ALLAH (^-^)
ya Allah... ya Allah... ya Allah...

Bismillahirrahmanirrahim....
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang...
Moga semua dalam rahmat-NYA
InsyaAllah
Biarpun "ayat-ayat cinta" itu sudah tua, rapuh, luluh dan lusuh,
Cinta itu tetap Segar Mekar dan Semakin Dalam,
Cinta itu yang Kau beri,
Cinta itu dengan Hati, Sanubari, Rohani & Jasmani,



Dengan Cinta Datangnya Sabar,
Orang Bercinta tiada Gusar,
Apa berlaku hanyalah Mata Kasar,
Mata hati tetap berkobar-kobar.

Dengan Cinta tiada Was-Was,
Apa dibuat biarlah berbalas atau tidak berbalas,
Waktu bersua, diri sentiasa kemas,
Wangian harum, percikannya ikhlas.

Dengan Cinta Sentiasa Mahu Berhubung,
Juga Rasa Mahu Bersama,
Harapan tinggi sampai ke penghujung,
Selepas Nyawa bertemu di Syurga
Dengan Cinta datang pengorbanan,
sentiasa hidup dalam bantuan,
Sungguh indah Hidup Bertuhan,
Kerana Allah, Cintaku murnikan.

Lembaran Cinta tanda kekuasaan,
Sentiasa ada sepanjang Zaman,
Melalui Kekasih Dia Sampaikan,
Buat pedoman cinta sepanjang Jalan.
Dengan Cinta penuh Pengharapan,
Takutnya hilang cinta dari Tuhan,
Sentiasa Diri dalam Persiapan,
Sampai waktu, akan disemadikan.

Ya Allah! Aku minta kepada Engkau semua kebaikan masa kini dan akan datang samada yang aku ketahui atau tidak dan tahu dan aku berlindung kepada Engkau dari semua kejahatan yang masa kini dan akan datang samada yang aku tahu atau tidak.

Doa itu adalah Ayat-Ayat Cinta kita Kepada Pencipta, Allah Swt. Semoga Cinta Kita Terus Mekar Mewangi.

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

"Katakanlah (Wahai Muhammad): Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

(Surah Ali-Imran 3:  Ayat ke 31)



Sajak – Aminah Qutbh

Sekiranya,
kita cinta kepada manusia,
tak semestinya manusia cinta kepada kita,
tetapi sekiranya,
kita cinta kepada Allah,
nescaya cinta Allah tiada penghujungnya.

Sekiranya,
kita cinta kepada manusia,
kita akan cemburu kepada orang yang
mencintai orang yang kita cintai,
tetapi sekiranya,
kita cinta kepada Allah,
kita akan turut mencintai orang yang
melabuhkan cintanya kepada Allah juga.

Ya Allah,
andainya dia adalah jodoh
yang ditetapkan oleh-Mu kepadaku,
Maka,
campakkanlah ke dalam hatiku,
cinta kepadanya adalah kerana-MU,
dan campakkanlah ke dalam hatinya,
cinta kepadaku adalah kerana-MU.

Namun,
andainya dia bukanlah jodoh yang
ditetapkan oleh-Mu kepadaku,
berikanlah aku kekuatan agar pasrah,
dalam mengharungi ujian,
yang Kau berikan kepadaku.
 

Monday, May 16, 2011

.::CERPEN BUAT BUDAK 'COUPLE ISLAMIK'...::.

PUT YOUR TRUST TO ALLAH...100% INSYA-ALLAH (^-^)
ya Allah... ya Allah... ya Allah...

Bismillahirrahmanirrahim....
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang...
Moga semua dalam rahmat-NYA
InsyaAllah



************************************************************

  Naim pelajar tingkatan 5 di sebuah Sekolah Menengah Agama Persekutuan. Dia seorang yang tinggi ilmu agama dan mempunyai politik yang agak stabil di sekolah apatah lagi dengan thiqahnya yang tinggi. Apabila ustaz tiada di antara Magrib dan Isyak, dia akan ke hadapan. Sama ada memberi tazkirah atau mengepalai bacaan Al-Mathurat. Pergaulan dengan perempuan dijaga dengan begitu sempurna, jika mesyuarat terpaksa bercampur lelaki dan perempuan, sama sekali dia tidak akan mengangkat pandangannya.



  Semua orang menghormatinya, baik yang junior mahupun senior, baik yang laki-laki mahupun perempuan. Jika ada senior yang tengah membuli junior, jika Naim ada di tempat kejadian, proses buli itu akan bertukar menjadi majlis maaf-bermaafan. Inilah ‘kuasa’ Naim di sekolahnya.



  Dia menjadi contoh teladan bagi setiap pelajar sekolahnya. Setiap mata-mata yang wujud di sekolah itu selalu memerhatikan pergerakannya dan mengambilnya sebagai contoh kehidupan yang paling sempurna. Dek kerana mengetahui banyak mata memerhatikannya, dia betul-betul menjaga akhlaknya. Bukan kerana manusia tetapi kerana Allah. Niatnya hanya satu, supaya Islam itu terpancar dari dirinya. Hebatnya dia dalam menjaga akhlaknya, tidak ada seorang pun di dalam sekolahnya melainkan teman sebiliknya yang pernah melihat kulit badannya walaupun dia seringkali bermandi-manda di kolah berhampiran dengan surau.



  Sudah pasti, ramai perempuan yang menggilainya walaupun dia tidak mengetahui hal itu. Di hadapannya semua baik, tunduk dengan penuh tawaduknya tapi berlalunya Naim dari tempat itu,mula lah mulut mereka bergerak memuji dan mengumpat tentang Naim. Bukan sahaja pelajar biasa yang meminati Naim tapi ada juga pelajar-pelajar perempuan yang memegang tampuk kepimpinan sekolah yang meminatinya, cuma tidak disuarakan, bimbang ditegur dan yang paling mereka takuti,takut cinta mereka ditolak. Tambahan pula Naim banyak kali mengingatkan pelajar-pelajar supaya menjauhi zina hati, zina yang tidak dapat dilihat dan tidak dapat dirasa tatkala dia memberi tazkirah.


Namun, hatta Nabi Sulaiman yang menjadi raja dunia itupun diuji Allah, inikan pula seorang pelajar sekolah agama yang ilmu agamanya masih bertatih, bahasa arabnya masih merangkak-rangkak. Dia diuji dengan kehadiran seorang pelajar perempuan yang baru pindah ke sekolahnya. Namanya Nisa, Khairun Nisa.Orangnya putih,bertahi lalat di pipi sebelah kanan sedangkan Naim di sebelah kiri.

“Ana Khairun Nisa, sila beri tunjuk ajar.” Nisa memperkenalkan dirinya.



Dalam mahu yang bercampur dengan iman di dalam hatinya, Naim melihat Nisa dengan sipi-sipi matanya sahaja. Ingin dia merenung Nisa dengan lebih tajam tapi iman di dadanya masih kukuh bak tembok besar cina.

“Cantiknya,” “Ish..Nak tolong ke tak..Kalo aku masok belah pompuan,bukanke khalwat..ye la,mane ade orang…aku dan die je..takley,aku mesti bagitau ustaz hal ni,biar ustaz tolong..”

Tapi 1 tetap kalah kepada 2. Imannya kalah dengan nafsu dan syaitan yang menggodanya.



Akal mula campur tangan. 

“Kalo aku tak tolong,maybe…em…aku intai dulu la,kalo serius aku tolong segera kalo tak,aku lapor kat ustaz,”

Tabir biru itupun diselaknya dan dia mendapati jari Nisa terkepit di almari Quran. Walaupun sakit, Nisa tetap menahannya,bimbang maruahnya jatuh di hadapan seorang ketua badan Agama sekolahnya. Dan ketika itulah makhluk durjana yang bernama syaitan mula mengambil peranan. Disuntiknya bius-bius dosa ke dalam hati Naim supaya Naim tidak terasa melakukan dosa.



Imannya bersuara. 

“Em..Aku kene lapor kat ustat ke?Patot ke aku tolong?Bley ke aku pegang tangan die?Dose..”

Akal yang dibalut dengan nafsunya membuat pertimbangan. 

“Ah,darurat,darurat.Even babi pun boleh makan kalo darurat.”

Hatinya membuat keputusan sambil disahkan oleh Syaitan. 

“Betul juga,ok,aku tolong.”

Dia memberi arahan kepada Nisa. 

“Er,Nisa tahan ek,kejap saya tarik pintu almari ni.”

Suara Nisa bagaikan bunyi ikan bersuara,entah dengar,entah tidak.

“…ok…”

Pintu almari berjaya dibuka, jari Nisa terlepas dari kepitan almari. Merah bak biji saga jarinya, hampir-hampir saja berdarah tapi kulitnya masih kuat menahan segala isi cecair daripada keluar. Tiba-tiba, Naim tanpa berfikir panjang memegang jari Nisa. Niatnya hanya satu,ingin melihat keadaan jari Nisa. Tapi dengan pantas Nisa menariknya dan berlari turun daripada surau dan menuju ke kelas.



Dia berdoa, menangis menyesal dosa yang baru sahaja dibuatnya sebentar tadi. 

“Ya Allah,apa aku telah buat ni…Aku bukan sengaja melakukannya Ya Allah..Ampunilah aku..”

Habis sahaja air matanya kering, hatinya diketuk dengan pelbagai soalan. Bukan soalan agama tetapi soal maruah dan Thiqahnya. Bagaimana jika Nisa menceritakan hal tadi kepada kawan-kawannya? Bagaimana kalau cerita itu bocor kepada junior-juniornya? Kalau ustaz dapat tahu, pasti dia akan dilucutkan dari segala jawatan yang disandangnya sekarang. Dia akan dicemuh dan dihina. Dia tidak akan dapat peluang ke depan lagi sewaktu ketiadaan ustaz. Dia bimbang bercampur keliru.



Lamunannya tersentak apabila satu suara memberi salam untuk masuk ke surau. Peluh-peluh resah dan gelisah mengalir di pipi kanannya, dia masih di dalam bahagian surau wanita. Apa yang harus dijawab jika ditanya. Ya,menipu. Menipu adalah jalan penyelesaian yang terbaik buatnya sekarang. Lagipun dia cam suara itu,itu suara Khairul, teman sebiliknya. Baginya tidaklah berdosa menipu teman sebilik yang akrab dengannya.


“Eh,Im.Ape ko wat lam surau pompuan tu?”
Soal Khairul, kelihatan di mukanya perasaan ingin tahu.

“Eh,takde ape-ape la.Aku just check samada quran cukup tak belah pompuan.” jawab Naim.

“Owh,baguslah wat kerja baik atas rumah Allah ni.Insya Allah ko dapat pahala,taknak share ngan aku?”gurau Khairul.



Gurauan yang pada dasarnya kelihatan seperti satu lawak bodoh tetapi ada perkataan-perkataan yang menghantui fikiran Naim iaitu ‘RUMAH ALLAH’.



Ya,di atas rumah Allah inilah Naim melakukan maksiat.



Di atas rumah Allah inilah Naim menipu.



Semuanya di atas rumah ini, rumah kepunyaan Tuan segala tuan.



Tiba-tiba dia menangis tetapi bukanlah menangis seperti anak kecil menangis. Hanya air mata sahaja mengalir di atas pipinya yang sedikit cengkung. Khairul terkejut melihat Naim menangis dan bertanya sebab Naim menangis tetapi Naim hanya berdiam. Khairul membuat andaian sendiri, pada pendapatnya mungkin Naim menangis kerana bertaubat. Lantas perasaan cemburu mula menguasai dirinya.Inilah dia tanda orang beriman,pantang melihat orang lebih dekat dengan Kecintaan nya,pasti dia cemburu.

“Eh Im,kelas da nak start. Jom!”Ajak Khairul.

“Ok,”balas Naim.



Pelajarannya selepas waktu rehat tadi tiada makna. Sepatah kata yang keluar dari mulut cikgu-cikgunya tidak satupun diingati atau diberi perhatian. Matanya tajam memandang ke arah papan hijau di hadapan kelas tetapi fikiran jauh ke laut mencari ketenangan. Jasadnya wujud tapi ruh akalnya tiada. Bukan sibuk memikirkan penyelesaian tetapi sibuk mencari masalah-masalah yang akan timbul jika cerita tadi diketahui umum.



Rupa-rupanya, bukan Naim sahaja yang berjasad tanpa akal, begitu juga dengan Nisa. Cuma ada kelainannya. Nisa sama sekali tidak bimbang tentang nasibnya jika cerita itu bocor atau ada mata yang terpandang peristiwa tadi tetapi kepalanya sibuk memikirkan tentang Naim. Kedudukannya di dalam kelas menyebabkan matanya tidak berkelip memandang Naim dari belakang. Baginya, alangkah bertuah sesiapa yang dapat menawan hati Naim. Kesopanan dan kebaikan yang ditunjukkan oleh Naim sebentar tadi, betul-betul memikat hati suci si gadis ini. Begitulah nasib si Abid tanpa Ilmu. Pantang ditiup angin, pasti dia rebah.



Tangan mula mengambil peranan, diambilnya pen merah jambu kesukaannya dan diambil sehelai kertas memo yang berada di dalam laci mejanya. Sepucuk surat ditulis sebagai tanda terima kasih buat si jejaka budiman. Surat sahaja tidak cukup, dibelinya sekotak air laici yang berharga 80sen dengan duit seringgit. Bakinya dibeli sebatang choki-choki,juga sebagai hadiah.



Seperti kebiasaannya, Naim datang ke kelas seawal mungkin. Selesai sahaja solat Zohor berjemaah dan makan di dewan makan, tanpa menyalin pakaian,dia terus ke kelas. Baginya masa itu emas dan tidak boleh dibazirkan walaupun sesaat.Masih banyak pelajaran tingkatan 4 dan tingkatan 5 yang belum dikuasainya.Tabiatnya ini menjadi ikutan sesetangah pelajar yang lain.Pabila dia melangkah kaki ke dalam kelas,alangkah terkejutnya dia apabila dia melihat sepucuk kertas yang dilipat 2 dan ditindih dengan sekotak air laici dan sebatang choki-choki.



Isi suratnya:


Salam..

Terima kasih kerana tolong ana..

Kalau anta takde tadi,tatau la macamana ana nak buat..

Jangan bimbang,ana tidak akan membocorkan hal tadi kepada orang lain..

Ukhwah Fillah,

Nisa’

Sambil menghirup air laici dalam kotak itu, dia tersenyum. Dengan mengoyak plastik depan choki-choki, dia membetulkan kerusinya, mempersiapkan dirinya untuk menulis surat balas kepada Nisa. Sebaik sahaja pen nya ingin menyentuh dada kertas putih berbelang biru itu, dia terfikir alangkah bagusnya kalau dia mempunyai pen berwarna-warni supaya Nisa tidak jemu membacanya. Mata hitamnya terpandang bekas pensil kawan di hadapannya. Tidak pernah dia menyentuh barang orang lain tanpa izin tapi kali ini tidak lagi. Entah kawannya bagi atau tidak,dia terus menggunanya atas alasan yang sangat biasa, “standardla,kawan..” Maka bermulalah kisah cinta Naim,Si Budak Agama. Balas dia:


Salam,

Terima kasih atas minuman dan makanan yang saudari bagi,

Ana tidak buat apa-apa melainkan untuk menolong insan dalam kesusahan,

Bukankah Islam menyuruh kita menolong orang dalam kesusahan?

Moga Allah meredhaai kita,

Dan,salam perkenalan.Ana Naim.

Naim
Diselitnya surat ini ke dalam buku latihan Nisa’ dengan harapan yang membulat. Maka, Naim dan Nisa mula berbalasan surat.Walaupun pada awalnya,kedua-dua merasa kekok dek kerana dua-dua mempunyai tapak agama yang boleh dikatakan kukuh. Ada juga Nisa bertanya di dalam suratnya, Pening juga Naim dibuatnya namun disejukkan hatinya dan hati Nisa dengan jawapan, 

“Kita berbalas surat ni,tak salah ke di sisi Islam?”
“Takpe,kita dating tak pernah. Bertentangan mata jarang sekali. Kita Ukhwah Fillah.Kita berhubungan inipun semata-mata kerana Allah.Kita niat untuk berkahwin,bukan untuk buat maksiat.”


Nisa membalas,
“bagaimana pula dengan zina hati?”
Lalu Naim membalas,
“mana ada zina hati. Zina hati tu ulamak yang buat dengan tujuan umat Islam tidak mendekati zina. Rasulullah tak kata pun. Lagipun cinta ini fitrah, masakan Allah zalim mengharamkan apa-apa fitrah manusia?”
Hilang sudah prinsip yang dipegangnya selama ini.



Walaupun Nisa tidak berpuas hati dengan jawapan Naim,namun dek kerana cintanya dia kepada Naim,di’iya’kan sahaja ‘fatwa’ kekasihnya itu.



Naim dapat mengesan rasa sangsi kekasih hatinya melalui gaya bahasa dan cara penulisan yang agak sedikit berbeda ,lalu dia membalas, Terdiam Nisa’ membaca ‘fatwa’ baru buah hatinya itu. Ingin dia membantah tetapi bimbang dianggap meragui Quran. Mindsetnya yang mengatakan buah hatinya mempunyai ilmu setinggi langit itu menyebabkan dia semakin yakin dengan ‘fatwa-fatwa’ itu.

“Nisa’,bukankah Allah berfirman bahawa perempuan baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk perempuan yang baik?Ana yakin anti baik dan ana pun yakin yang anti rasa ana baik. Tidak sekali Allah kata isteri yang baik untuk suami yang baik tetapi Allah kata perempuan dan lelaki bermakna belum berkahwin pun takpa. Anti meragui Quran?”

Thiqah bukanlah kerja manusia. Pengaruh bukanlah kawalan manusia. Hati manusia tidak boleh dibeli dengan mata wang, kesetian tidak boleh diperdangkan dengan kemewahan. Semuanya hak mutlak Allah,Tuhan yang membolak balikkan hati manusia. Jika Dia menghendaki seseorang itu mulia, maka mulialah orang itu walaupun pada awalnya dia hanya seorang anak yatim piatu. Jika Dia menghendaki seseorang itu hina, maka hinalah orang itu di atas tahtanya sendiri. Semuanya bukan dengan tiba-tiba tetapi ada syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh Nya yang diberi nama Sunnatullah.



Kepercayaan manusia terhadap seseorang itu akan datang bila dia mendekatkan diri dengan Tuhannya. Kesetiaan seseorang terhadapnya menjadi lebih solid pabila dia menyempurnakan apa yang dilafaznya.Inilah hukum yang ditetapkan Ilahi.



Makin hari, pengaruh Naim semakin jatuh. Kawan-kawan dan junior-juniornya semakin bosan dengannya. Sebab? Tiada. Jelas sekali soal hati, Dia yang punya. Hidup Naim juga menjadi tidak tentu hala. Dulu dia berbaju ketika mandi di kolah,kini tidak lagi. Pertimbangan akal menjadi semakin kurang,mungkin terlampau tebal kabus dosa yang menutupi hatinya.thiqahnya kian jatuh. Terkadang dia dimarahi oleh cikgu-cikgu kerana prestasinya yang kian merosot.



Dia merasakan tekanan semakin bertambah.Tiada lagi sakinah yang dianugerahkan kepadanya dulu. Tiada lagi senyuman tatkala kesusahan. Tiada lagi nasihat-nasihat penenang yang mampu diberi pabila adik-adik datang meminta nasihat.



Jika dulu dia mampu mengambil tugasan luar walaupun ketika peperiksaan bulanan dijalankan, kini tidak lagi. Bukan peperiksaan pun dia tidak dapat mengatur masa dengan baik. 24 jam baginya tidak cukup. Masa untuk dia belajar, masa untuk dia berpersatuan dan masa untuk Nisa. Pernah dia berdoa meminta diberi 1 jam lebih tapi dia tidak sedar bahawa jika dia diberi 100 jam lebih pun, pasti tidak mencukupi.



Khairul merasa hairan dengan perubahan sikap kawan sebiliknya itu. Kadang-kadang tersenyum seorang diri,kadang-kadang masam dan kadang-kadang seperti bercakap seorang diri. Naim seakan-akan gila. Betul Naim gila,gila bayang. Panahan syaitan benar-benar telah menusuk ke dalam hatinya, membuat satu lohong iman di dalam hatinya. Khairul cuba bertanya mengapa dia seakan-akan berubah tapi dimarahnya Khairul, 

“kubur lain-lain,syurga lain-lain,neraka pun lain-lain!”

“Betul,sebab lain-lain la aku nak tanya ko.Mane la taw ko ade masalah,bimbang takut di sana pun ko ade masalah.”Ujar Khairul.

“Ko taw kan firman Allah, kuu anfusakum wa ahli kum naara?”Soal Naim.

“jagalah diri kamu dan ahli keluarga mu daripada api neraka..jadi?”Jawab Khairul.

“Jadi?!Aku ahli keluarga kau ke?!”Marah Naim lagi.

Khairul terdiam sedar bahawa ilmunya tidaklah setanding dengan Naim. Perasaan kesal timbul dalam hatinya atas tindakan sahabatnya sebentar tadi. Namun,atas dasar silatur rahmi kerana Allah,dia nekad untuk mengetahui punca Naim berubah. Baginya pokok tidak akan bergoyang jika beruk tiada di dalamnya. Walaubagaimanapun,Khairul tidaklah selicik Naim, dia buntu apabila memikirkan adakah tindakannya selari dengan Islam atau berserenjang dengan Islam. Lalu disampaikan isi hatinya kepada Ustaz Faidi, Mentornya.

“Er Ustaz,saya ada masalah nak bincang dengan ustaz.”Bagitahu Khairul.

“Ma?”Soal Ustaz balik.

“Ustaz,saya bimbang dengan Naim,teman sebilik saya. Perangainya seperti sudah berubah. Dia macam bukan dia..Er, tataw nak terang macamana..”Terang Khairul.

“Na’am,ana pun perasan perubahan pada Naim. Dia dah bukan macam dia yang dulu. Banyak perubahannya.”Tambah Ustaz.

“Saya rasa,ada yang disembunyikan olehnya Ustaz dan saya rasa,ada baiknya saya menyiasat..Bolehkah ustaz?”Soal Khairul.

“Dalam Islam,mengintai mencari kesalahan orang ini diistilahkan sebagai Al-Tajassus. Hukumnya asalnya haram tapi boleh berubah menjadi harus pabila diperlukan. Dan dalam keadaan ni,hukumnya harus.”Terang ustaz.

Penyiasatan bermula dan penyiasatan Khairul bertemu dengan jalan buntu.Tiada sebarang benda buruk yang dilakukan Naim.Namun, pabila Allah menghendaki yang gelap menjadi terang,dihilangkan bintang dan diganti dengan matahari. Sepandai-pandai tupai melompat,akhirnya jatuh juga ke tanah.Akhirnya surat yang disimpan selama ini dijumpai oleh Khairul ketika dia sedang membersihkan surau. Rupa-rupanya,surat-surat yang dihantar oleh Nisa’,selama ini disimpan di balik almari al-quran di hadapan tempat imam solat.Terkesima Khairul dibuatnya apatah lagi ketika membaca perkataan-perkataan yang telah berlaku evolusi,daripada‘ana’, ‘anti’, kini ‘sayang’, ‘ayang’.Daripada ‘ukhwah Fillah’ kini ‘I luv U’.

Khairul tidak salah lagi,surat itu kepunyaan Naim. Tertera nama Naim di atas belah kiri surat, ‘Buat Naim ku sayang’. Dalam tidak sedar, Khairul menangis. Dia betul-betul sedih membaca surat-surat itu,bukan kerana Nisa yang dalam pemerhatiannya juga dirampas orang tetapi sedih bagi pihak Naim. Terngia-ngia di telinganya bacaan ayat 2 dan 3 surah As-Saf yang selalu dibaca oleh Naim ketika menjadi Imam Magrib. Mengenangkan maksud ayat-ayat tersebut yang secara ringkasnya membari maksud melarang orang beriman daripada memberi nasihat tentang apa yang mereka perbuatkan, Khairul terus menangis.



Dari luar surau, kelihatan Naim yang baru sahaja sampai di surau. Tanpa berfikir tentang benda lain, Naim terus memandang ke arah tempat penyimpanan ‘harta karun’nya itu. Terperanjat dia apabila mendapati Khairul sedang memegang ‘harta-harta karung’nya itu dan tanpa berfikir panjang,dia berlari ke arah Khairul. Sekali lagi dia melanggar prinsip yang diajar kepada orang-orang lain supaya menghormati rumah Allah, jangan berlari-lari di atasnya. Dia lupa bahawa dia pernah melarang kawan-kawannya yang bergurau di dalam rumah Allah, katanya bahawa berlari di atas rumah Allah seperti berlari di atas perut ibu sendiri yang sedang sarat mengandung. Entah benar,entah tidak.



Ditolaknya Khairul ketepi dan dirampasnya semua surat-surat yang dipegang oleh Khairul.

“Woi,ape ko buat ni?!!!”Marah Naim.

“Woi? Mana pergi bahasa mu wahai kawan?Mana pergi sopan santun mu wahai kawan?Mana pergi dirimu yang dulu wahai Naim?”Soal Khairul sambil mengesat air mata yang sedang mengalir.Naim terdiam.

“Rupanya,inilah masalah mu wahai kawan.Tiada ku sangka dirimu sedemikian,wahai kawan.Bagiku engkau lah model, engkaulah insan sempurna yang memancarkan sinar Islam ke sekolah ini.Kini kau sirna wahai kawan,kau mutiara yang kian sirna!”Marah Khairul.

“Ah,kau peduli ape!”Naim bersuara walaupun hatinya terkesan dengan kata-kata Khairul.


“Jujur aku tanya,kau couple Im?”Soal Khairul.

“Aku couple ke,aku tak couple ke,tu soal aku la.Dosa biar aku tanggung sendiri!Jangan risau la,aku takkan heret kau masuk neraka sama dengan aku!” Lantang sungguh Naim berbicara.Dia lupa di atas lantai rumah siapakah yang dia pijak sekarang.



Khairul berlalu dari tempat itu dengan penuh penyesalan. Ingin dia salahkan takdir kerana menemukan dia dengan seorang kawan yang hipokrit seperti Naim namun dia akur dengan qada’ dan qadar Ilahi.



Semasa mereka bekelahi sebentar tadi,mereka bukan berdua. Di balik tabir biru itu ada 3 pasang telinga yang mendengarnya secara tidak sengaja. 3 orang pelajar junior perempuan baru sahaja selesai mendirikan solat sunat Dhuha mendengar setiap butir perkataan yang keluar daripada mulut mereka berdua.



Malang si Naim. 3 orang pelajar itu bukanlah pelajar yang diam sifatnya. Dihebahkan berita Naim berpacaran ke setiap juzuk sekolah sehingga para cikgu pun tahu mengenainya. Ke mana sahaja Naim pergi,pasti ada mata-mata yang memandangnya dengan hujung-hujung mata dan sebaik sahaja Naim pergi, mulalah syaitan berpesta dengan dosa mengumpat. Bertambah malang bagi Naim,dia tidak tahu bahawa semua orang telah tahu dia berpacaran. Tazkirah yang seringkali ditunggu oleh semua pelajar kini dicemuh,dihina dan dikutuk oleh semua yang mendengarnya kecuali kekasih hatinya, Nisa.



Khairul, si sahabat setia ini tidak senang mendengar orang mengumpat sahabat sejatinya. Akhirnya dia berkeputusan untuk menyampaikan sendiri kepada Naim bahawa semua orang sedang mencelanya.



“Im,senanye..Sume orang da taw ko couple..”Bicara Khairul secara perlahan.

“Hah?!” Terkejut Naim.Apa yang ditakutinya kini menjadi realiti.

“Ko bagitaw orang?!!!!”Soal Naim.

“Eh,tak..Aku pun tak taw macamana bley..”

“Ah!! Inilah kawan! Kawan makan kawan! Aku tau dari dulu lagi ko dengki ngan aku, ko dengki ngan jawatan aku dapat!Aku taw kau sengaja nak jatuhkan aku!”Naim memotong dengan lajunya,melebihi had laju yang sepatutnya.

“Demi Allah..”

“Jangan main dengan sumpah! Berani sebut nama Allah dalam wat dosa,dasar…”Sekali lagi Naim memotong,laju benar susun katanya.

“Aku menyesal bagitahu kau,aku ingat kau la kawan aku yang sejati rupa-rupa..”

“Rupa-rupa apa?!Musuh?!”Naim marah lagi.

“Na’am! Musuh Allah,musuh agama Allah! Ko nasihat orang jangan bercouple,jangan zina hati, jangan itu,jangan ini tapi dalam masa sama kau buat! Ko lupa ayat-ayat surah As-Saf yang ko selalu baca tyme jadi Imam? Ko lupa?! Meh aku ingatkan ko! Wahai orang beriman jangan kau melarang apa yang engkau kerjakan,s ungguh besar kemurkaan Allah pada engkau! Ya,pada engkau Naim!Allah memurkai mu dan layaknya aku membenci mu!” Balas Khairul dengan penuh perasaan kecewa.Lalu dia meninggalkan bilik dengan menarik tombol pintu dengan sekuat-kuatnya.



Keheningan dan kesunyian malam itu dipecahkan dengan dentuman pintu bilik khas, bilik Naim dan Khairul. Di sekolah itu mereka sahaja yang diberi keistimewaan untuk tinggal di bilik dan orang lain di dorm, memandangkan mereka ialah ketua dan penolong ketua pelajar di sekolah itu. Pelajar-pelajar senior yang mendengarnya keluar dengan berlari, hati mereka ingin benar mengetahui apa yang berlaku namun kelihatan hanya Khairul sedang berjalan menuju ke tandas. Berbeza pula dengan pelajar junior,mereka dengan lajunya menutup lampu dan berpura-pura tidur,bimbang nama mereka dipanggil untuk dijadikan ‘lauk’ para senior malam itu.



Kata-kata Khairul benar-benar menikam qalbu terus ke akal. Tersentak Naim buat seketika. Mimpi ngeri dalam hidupnya baru bermula. Tidak,dia baru sedar yang dia dalam mimpi ngeri. Tindakan segera wajib diambilnya jika tidak thiqahnya akan terus merudum jatuh menyembah bumi.Jika dia terus begini,tiada lagi ‘Abg Naim Si Budak Surau’ atau gelaran ‘Wali Naim’. Tiada lagi kesetiaan,tiada lagi kepatuhan dan tiada lagi insan yang akan menghormatinya menggunakan hati mereka. Apa yang ada hanya lakonan. Buah di luar, duri di dalam.



Dikuatkan hati,diringankan tangan untuk menulis surat terakhir buat kekasih hatinya. Tapi ternyata dia gagal. Semalaman dia tidak lena,pening memikirkan jalan penyelesaian yang pasti tiada jawapannya. Akibatnya,dia tertidur di dalam kelas.


“Naim,bangun!”Arah Cikgu Marlina, cikgu matematik tambahan yang terkenal dengan garang dan keceluparan mulutnya.



Naim terjaga dari lenanya dan terus berdiri.

“Apa dah jadi dengan awak ni?Dalam kelas tidur,luar kelas bercinta!”Marah Cikgu Marlina.



Awan hitam kini melitupi Naim,dia merasa tersangat malu. Bukan arang yang diconteng ke mukanya sekarang tetapi najis,najis manusia,manusia yang bernama Naim, najisnya sendiri. Tiada kata dapat dibalas, dia hanya tunduk terdiam.



Naim bijak dalam beragama tapi dia gagal dalam berpolitik.Dia tidak sedar akan tindakan untuk tunduk dan diam itu bukanlah satu tindakan yang betul dalam berpolitik. Tindakannya itu sepeti dia mengakui kesalahannya dan dalam erti kata lain,dia mengakui bahawa dia sedang bercinta.



Marah Cikgu Marlina tadi bukan sahaja menampar Naim tapi terbias juga kepada pasangannya, Nisa. Nisa tunduk,akur dengan kesilapannya. Kini,dia sedar bahawa dia telah menarik Naim ke lembah kebinasaan. Surat pertamanya,surat tanda terima kasih itu merupakan surat jemputan ke neraka. Dia sudah sedar segala-galanya. Surat,hadiah dan fatwa-fatwa Naim itu merupakan alatan-alatan yang dibuat oleh syaitan. Nampak seperti sesuai dengan syarak tapi penuh dengan unsur kemaksiatan, tidak dapat dilihat oleh mata kasar,hanya mata hati dapat mengesannya.





Cara yang terbaik untuk Nisa sekarang,menulis surat terakhir,surat tanda perpisahan, surat yang akan meniupkan kembali segala kebaikan dan menutup segala keburukan. Dengan nekad yang kuat di dalam hati,keyakinan yang tinggi terhadap Islam,Nisa memegang pen merah jambu kesayangannya dan mula menulis.


Salam sayang,

Sudah hampir 5 bulan kita bercouple,

Ayang percaya yang sayang sudah tahu isi hati ayang,

Ayang benar-benar menyintai sayang..

Sepenuh jiwa dan raga ayang..

Namun,ayang sedar satu benda,benda yang mungkin buat kita menangis,

Dalam kita asyik mengejar cinta Ilahi bersama-sama,kita telah balutinya dengan cinta yang penuh dengan kepalsuan.Cinta manusia yang tidak mempunyai dasar yang kukuh.Kita selesakan diri kita dengan menyatakan cinta kita berdasarkan iman tapi dengan iman itu kita melakukan maksiat.Benar kita tidak pernah berjumpa,berdating seperti remaja lain tapi maksiat bukan itu sahaja.

Ayang yakin dengan kata-kata sayang bahawa tiada hadis yang menyatakan zina hati tapi ayang baru perasan bahwa ayat la taqrabu zina itu menggunakan fail qaraba yakni perbuatan mendekatkan dengan hati.Maknanya,dengan hati pun tidak boleh dekati zina.

Ayang bukanlah membuat fatwa atau apa-apa ajaran tetapi itulah yang ayang percaya.Tindakan kita ini tidak lain tidak bukan,membersihkan najis dengan air kencing sendiri.Najis tidak bersih tetapi bertambah kotor,mengalir dan terus mengalir mengotori semua tempat.

Sayang..Ayang percaya pada jodoh.Jika kita dijodohkan bersama,Insya Allah,kita akan bersama.Tidak perlu bercouple atau berkenalan,jika Allah nak kita bersama,insya Allah kita bersama.

Percayalah,itu hak Allah.Dia boleh buat apa yang dia suka.Dia yang menghidupkan Isa tanpa bapa,menyejukkan api yang membakar nabi Ibrahim,memutuskan air penghalang nabi Musa dan menghidupkan Sam bin Nuh buat nabi Isa.Jika semua perkara ganjil itu Allah yang buat,apatah lagi soal jodoh yang merupakan soal kebiasaan.

Semoga apa yang kita bina selama ini diampuni Allah.

Ukhwah Fillah.

Nisa
Tertitis setitik dua air matanya di atas surat itu tapi cepat-cepat dilapkan supaya tulisan tidak hilang.Sengaja dia tidak mengambil kertas baru dan menulisnya kembali supaya Naim faham isyarat yang cuba diberinya.Hati Nisa tidak mahu tapi disebabkan imannya, agama didahulukan. Kemahuan ditolak ketepi walaupun perit menolaknya.


Surat keramat diletakkan di atas meja Naim, kali ini tiada lagi air laici dan tiada lagi choki-choki,surat semata-mata. Naim membacanya dan dia telah bersedia dengan keadaan ini. Tiada lagi air mata,tiada lagi tangisan tiada lagi kedukaan. Kisah cintanya jelas bukanlah cinta yang menghasilkan CINTA tapi cinta yang berpaksikan maksiat semata-mata.



Tangannya pantas mencari kertas dan pen untuk membalas surat terakhir ini.Tengah dia berfikir ayat-ayat cinta terakhir, hidayah Tuhan sampai. Cahaya yang akan menghilangkan segala titik hitam yang bertapak di permukaan hatinya.Cahaya yang akan membaca cinta ini kepada CINTA.



Dengan penuh yakin,dia mengoyak kertas yang ditulisnya tadi. Dia yakin,jika dia menulis surat balas,syaitan akan mencelah dan mengambil peluang lagi ke atasnya. Biarlah surat ini bergantung sebegini supaya dapat disambung di akhirat nanti.


 LETAKLAH CINTA PADA ALLAH SEBAGAI YANG PERTAMA

~~~SALAM MUHASABAH~~~



TUNDUKKANLAH PANDANGANMU...
MALU ITU BERHARGA


PUT YOUR TRUST TO ALLAH :)

 

linkWithin

Related Posts with Thumbnails